Monday, 10 October 2016

TERUNTUK DESA PARUNGI

Berawal dari keinginan menyelesaikan salah satu kewajiban di perkuliahan yaitu KKN (Kuliah Kerja Nyata), merupakan hal yang memang harus dilalui oleh mahasiswa semester atas. Namun siapa sangka, KKN yang aku pikir hanya untuk menjalankan tugas ini, ternyata memiliki sejuta kenangan dan pelajaran berharga dalam hidupku. Sejuta kenangan dan pelajaran dari Desa Parungi.

Hal sentimental yang aku rasakan di KKN MU III 2016 ini mungkin karena lokasi KKN-nya berada di tempat yang benar-benar sama sekali belum aku ketahui, apalagi ini untuk pertama kalinya bagiku menginjakkan kaki di Pulau Sulawesi. Bertemu dengan hal-hal baru, bersosialisasi dengan warga lokal, bahasa, budaya, serta kulinernya yang beberapa kurang cocok di lidahku. Pada awalnya tentu saja sulit untuk menyesuaikan diri, tapi percaya atau tidak, orang-orang disini khususnya warga Desa Parungi benar-benar ramah kepada kami. Mereka mau merangkul kami dan membuat kami merasa nyaman di Desa Parungi. Dengan begitu program-program kami dapat berjalan dengan lancar karena bantuan dari Karang Taruna dan warga desa Parungi. Desa Parungi memberikanku banyak pelajaran, untuk belajar saling menghargai perbedaan. Karena perbedaan inilah ternyata yang membuat kami memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi, terutama dengan teman-teman satu unitku, teman hidup bersama selama satu bulan, kelompok 38.
Tidak ada sama sekali rasa menyesal dalam diriku karena telah mengikuti KKN MU III 2016 di Gorontalo ini. Yang ada hanyalah perasaan bahagia dan sedih. Bahagia karena dipertemukannya aku dengan teman-teman satu unit kelompok 38 yang mengajarkanku arti kebersamaan dan perbedaan, serta bisa bertemu dengan warga Desa Parungi yang luar biasa ramah memperkenalkan budaya, bahasa, kuliner, dan wisatanya kepada kami. Sedih karena semua ini harus berakhir. Sedih karena harus meninggalkan Gorontalo dan berpisah dengan mereka semua.

Aku masih ragu, apakah ini karena aku yang belum bisa move on, atau memang ini karena aku yang tidak bisa move on dari keadaan ini. Aku rindu makan bersama dengan kalian, aku rindu keramaian yang kita buat bersama, aku rindu makan lalampa buatan Oma di pagi hari, aku rindu tidur larut malam, aku rindu jalan-jalan dengan kalian, aku rindu menjalankan proker dengan kalian, aku rindu suasana ramah desa Parungi.

Maryam, Tessy, Tia, Zahra, Arman, Safiq, Yopina, Oma, Opa, Pak Emus, Bu Tati, Uci, Irgi, Ayi, Uji, dan Ayahanda Rensi serta semua warga Desa Parungi yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu, aku rindu kalian keluargaku, Desa Parungi dan kelompok 38.

Semoga kesuksesan KKN MU III 2016 di Gorontalo ini menginspirasi banyak Universitas Muhammadiyah lain untuk berpartisipasi dan berinovasi lebih, sehingga hubungan antar Universitas dapat terjaga dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan keberagamannya.

“Perasaan ini tak akan pernah hilang ditelan waktu, perasaan ini bahkan bertambah kuat dengan sejuta rindu.”

- Teruntuk Desa Parungi


RIGHA PRADANA
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

0 comments:

Post a Comment